Rabu, 13 Mei 2015

kalimantan - berneo


PAGELARAN TARI FESTIVAL BORNEO


Sabtu (14/11) Pagelaran Tari Festival Borneo yang masih terangkum di dalam agenda Festival Budaya Bumi Khatulistiwa ke IX tahun 2009 dihelat apik di Gedung Pontianak Convention Centre, Jalan Sultan Syarif Abdurrachman.Tanpa dikomando, penonton spontan membanjiri area depan panggung.
Mungkin lantaran malam Minggu, ledakan pengunjung yang ingin menyaksikan secara langsung Pagelaran Tari Festival Borneo benar-benar ramai. Hal ini membuat panitia tak henti-hentinya mengingatkan pengunjung agar selalu tertib demi kelancaran acara. Para juru rekam momen juga tak luput dari amaran tertib dari panitia.
Satu persatu peserta dari Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah silih berganti menguasai panggung. Penampilan mereka begitu memukau penonton terbukti dengan riuhnya tepuk tangan yang selalu mereka berikan kepada seluruh penampil.
Penonton terus dihibur dengan penampilan dari tamu asal Provinsi Jawa Tengah. Tari “Krida Tamtama” yang disajikan dengan bumbu jenaka kedua pelakunya, banyak mengundang tawa ratusan pasang mata yang tertuju ke arah panggung. (mumu/14/11)
Berikut hasil pengumuman para pemenang yang berhasil kami kumpulkan dari tempat berlangsungnya Pagelaran Tari Festival Borneo.
PENYAJI TERBAIK FESTIVAL BORNEO TARI PESISIR TANPA RANKING
1. Provinsi Kalimantan Barat
2. Provinsi Kalimantan Tengah
3. Provinsi Kalimantan Selatan
PENATA TARI PESISIR UNGGULAN : Provinsi Kalimantan Barat
PENATA MUSIK TARI PESISIR UNGGULAN : Provinsi Kalimantan Tengah
PENATA RIAS DAN BUSANA TARI PESISIR UNGGULAN : Provinsi Kalimantan Tengah
PENYAJI TERBAIK FESTIVAL BORNEO TARI PEDALAMAN TANPA RANKING
1. Provinsi Kalimantan Barat
2. Provinsi Kalimantan Selatan
3. Provinsi kalimantan Tengah
PENATA TARI PEDALAMAN UNGGULAN : Provinsi Kalimantan Barat
PENATA MUSIK TARI PEDALAMAN UNGGULAN : Provinsi Kalimantan Barat
PENATA RIAS DAN BUSANA TARI PEDALAMAN UNGGULAN : Provinsi Kalimantan Tengah
fb_foto_3.JPG
Provinsi Kalimantan Tengah menampilkan tari kreasi pedalaman yang merupakan tari perang berjudul "Kinyah Tarung Duling" yang menceritakan gadis-gadis Dayak yang mahir memainkan mandau. Tarian kemenangan dan menyambut pahlawan perang. Foto : Indra Ae'
fb_foto_4.JPG
Tari pedalaman "Jarai" ditampilkan oleh Provinsi Kalimantan Barat. Foto : Indra Ae'
fb_foto_5.JPG
Tari dari pesisir yang disuguhkan kepada tamu terhormat yang datang berkunjung ke daerah Amuntai ini dibawakan oleh Provinsi Kalimantan Selatan. Tari ini berjudul "Japin Payung Kembang". Foto : Indra Ae'
fb_foto_6.JPG
Kalimantan Barat kembali tampil dan mengusung tari pesisir "Antar Ajong". Antar Ajong adalah upacara adat yang digelar sebagai ucapan syukur atas karunia Pencipta, sekaligus permohonan untuk selalu dijauhkan dari hal-hal yang buruk. Tarian ini menggambarkan kebahagian masyarakat yang terlibat dalam ritual Antar Ajong. Foto : Indra Ae'
fb_foto1.JPG
Remaja-remaja putri dalam sebuah pengajian yang memainkan rebana di dalam bulan Ramadhan adalah kisah dibalik tari pesisir "Japin Rebana" yang dibawakan oleh Provinsi Kalimantan Tengah. Foto : Indra Ae'
fb_foto_2.JPG
Joko Suwarno dan Wiranto asal Provinsi Jawa Tengah di daulat menjadi bintang tamu dalam Pagelaran Tari Festival Borneo. Orang tua atau guru harus membagi ilmunya kepada anak atau murid. Ini dimaksudkan agar ilmu tersebut terus beregenerasi dan berkembang adalah sekilas sinopsis yang terdapat di dalam tari "Krida Tamtama". Foto : Indra Ae'
fb_foto_7.JPG
Para pemenang Pagelaran Tari Festival Borneo. Foto : Ianimaru
Pengantin dayak - kalimantan-berneo


kalimantan
berneo
yuu,. lihat kalimantan tercinta



SMKN 1 hanau
seruyan
kalimantan tengah
nonton juga india
https://www.youtube.com/watch?v=r_t1GsO9XG4

Topi Tari-- Adat Dayak 

Kini Mahal satu bulu burung enggang, dibutuhkan Rp 250 ribu an,


SH / Septiawan
Masyarakat Dayak yang kerap memakai bulu burung enggang, kini semakin kesulitan untuk mendapatkan aksesoris adat itu. Bahkan, kini bulu ungga tersebut dijual mahal hingga Rp250 ribu per lembarnya.

Ketua Kesenian Suku Daya Kenyah Miau Baru, Kecamatan Kongbeng Kajan, mengakui pihaknya harus mengeluarkan uang Rp250 ribu untuk mendapatkan satu lembar bulu burung Enggang. Menurut Kajan, pria berusia 70 tahun ini, untuk membuat satu buah topi adat untuk menari dibutuhkan 5 hingga 10 lembar buluh burung Enggang.

"Jika dinilai satu topi khas suku dayak yang menggunakan bulu burung Enggang anggarannya mencapai hingga Rp2 juta," kata Kajan menanggapi sulitnya mendapatkan bulu burung Enggang, Selasa.

Ia mengatakan, mahalnya harga bulu burung Enggang saat ini karena Enggang juga semakin sulit didapatkan.

Di Sangatta kini sulit mendapatkan burung Enggang langsung dari hutan. Hal ini juga yang membuat harga bulunya menjadi mahal. Ia menuding hilangnya burung khas Kalimantan karena rusaknya hutan yang terus-menerus terjadinya penebangan hutan untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit dan pertamangan.

"Kalau dulu kami mudah mencari burung di hutan untuk dibuat topi atau bahan untuk tarian, sekarang susah," katanya.

Dikatakan Kajan, langkanya burung Enggang sekarang ini karena tidak ada lagi hutan tempat mereka bekembang. Semua hutan dan pohon sudah habis dan berubah menjadi kebun sawit dan tambang.

"Semua burung dan binatang habis lari entah kemana, karena tidak punya tempat lagi di sini. Wilayah Kongbeng sudah habis hutannya tempat burung-burung hidup bebas," tuturnya.

Burung Rangkong (Enggang) adalah burung yang terdiri dari 57 spesies yang tersebar di Asia dan Afrika. Sedangkan 14 spesies terdapat di Indonesia termasuk diwilayah Kongbeng Kutai Timur.

Kajan mengatakan, bahwa burung Enggang gading merupakan salah satu dari 14 jenis burung rangkong yang ada di Indonesia dan menjadi maskot Kalimantan Timur dan termasuk dalam jenis fauna yang dilindungi undang-undang.